Beginning of The End

Setsuna berjalan memasuki Gerbang Sekolah,seperti biasa banyak mata yang memandang ke arahnya,bukan karena dia adalah anak yang populer atau apa..tapi karena mereka tahu bahwa Setsuna adalah anak dari seorang Yakuza terkenal,ayahnya sendiri.

Lihat anak keluarga Shouichi itu.. bisik seorang wanita yang sepertinya merupakan seniornya pada teman di sebelahnya...

Hmpp...sampah seperti ayahnya..

"......."

Setsuna hanya bisa diam sambil terus melangkahkan kakinya dengan gontai,seakan-akan semuanya hanyalah angin lalu...Celaan seperti itu sudah sering ia terima...dari guru,teman,bahkan orang yang tak ia kenal.

Crek...

Cowok berumur 15 thn itu membuka Lockernya kemudian seperti biasanya,mengambil beberapa sampah yang ada di tempat itu,selagi Ia membereskan sampah yang berserakan di Lockernya yang sepertinya di letakkan oleh teman-teman sekelasnya,sebuah kertas jatuh dari Lockernya.

Dengan rasa penasaran yang cukup tinggi,Setsuna mengambil kertas itu dan membacanya dalam hati kecinya..

Quote :

Kamu sama seperti ayahmu...SAMPAH...!!

Setelah selesai membaca kertas itu,dengan tenang Setsuna merobek-robeknya dan membuang apa yang tersisa dari kertas itu ke tempat sampah di dekatnya....

"...Dunia ini membosankan..."

Dari kelas terdekat dengan Setsuna, tiba-tiba ada banyak murid yang kabur, tidak lama kemudian bangku dan kursi terlempar keluar.

Yang terlempar keluar tidak ada yang utuh, entah terkebal, hancur, dan yang lainnya.

"GRAAO!!!"

Terdengar raungan dari dalam kelas itu, dan tiba-tiba ada bayangan yang melompat keluar.

Seorang wanita, dengan tubuh penuh jahitan. Tangan kirinya berupa jari pisau, tangan kanannya berubah tangan beruang. Keduanya memegang sabit. Dan pinggang ke bawah berupa kaki kambing. Di atas jahitan di lehernya terdapat cincin berwarna biru tua, nyaris hitam, seperti baja.

Mata monster itu langsung menuju Setsuna, dan ia menyambit Setsuna dengan sabitnya.

[gak usah apke dice dulu, kabur2an dulu ajah ]

SRaet...

Setsuna menunduk karena refleks..hampir saja Ia terkena sabit dari monster yang sama sekali tidak ia kenal tsb.

Nyaris... batin Setsuna.

Ia membalikkan badannya,kemudian berlari secepat yang Ia bisa menuju pintu keluar sekolah,bersama dengan murid-murid lain yang berada di sekitarnya..sambil berlari,Ia mencuri pandang ke arah monster ber-sabit tsb..

"..A-apa itu...."ujarnya...namun,

Brak..

Seorang pria yang sepertinya seniornya mendorongnya jatuh ketika,Setsuna sedang sibuk memperhatikan monster tsb...membuatnya tersungkur di tanah yang keras.

"...Kamu yang diincar olehnya SAMPAH...!"teriaknya...

Murid-murid yang lain berhenti begitu mereka mendengar kata-kata itu,seakan-akan mengiyakan perkataan sang senior....mereka tahu bahwa perkataan senior itu mungkin saja benar adanya.

"Ya...Ia lah yang diincar oleh monster itu.."seorang murid berteriak lantang sambil menunjuk setsuna yang gemetar di atas tanah.

"...Buang Dia...!!"

"..Bunuh Dia....!!"

....

Setsuna Shouichi hanya bisa terdiam,perlahan-lahan ia bangkit,keluar dari kerumunan murid-murid disekitarnya lalu berjalan menuju monster itu,'sepertinya yang mereka katakan itu benar'...mungkin itulah yang ia pikirkan sekarang ini..

"....Bunuh aku..."ujarnya pelan,begitu Ia sampai tepat di depan monster bersabit yang tidak lain adalah Digimon itu.

Digimon itu, yang tidak lain adalah Ansamon, terdiam. Ia mengangkat sabitnya dan...

Melompat melewati Setsuna, lalu mencabik dengan jari pisaunya. Darah menggenang di tempat itu.

"Grrr..."

Ansamon kembali tenang, namun tiba-tiba ia meraung lagi.

"GRAAAH!!!"

Ia mengayunkan sabitnya secara brutal, kedua tangannya juga, murid yang terlambat kurang beruntung terpaksa mengakhiri hidupnya di sana. Banyak tembok serta locker yang rusak.

OOT : Jadi kayak Passion of The Christ... -_-a

"..Ukh..."

Darah mengalir dari bahu Setsuna,sementara itu,Ansamon sedang sibuk membantai murid-murid yang lain tanpa ampun.

"....Hentikan..."gumam Setsuna,Ia membalikkan badannya lalu menatap Ansamon tak berdaya ditempat ia berdiri sekarang.

Quote :

Ia mengayunkan sabitnya secara brutal, kedua tangannya juga, murid yang terlambat kurang beruntung terpaksa mengakhiri hidupnya di sana. Banyak tembok serta locker yang rusak.

AKHH....!!

Seniornya terbunuh oleh sabit Ansamon,senior yang mendorongnya tadi itu terlambat melarikan diri begitu Ansamon menyerangnya....

Darah terciprat ke berbagai arah....termasuk ke tubuh setsuna yang baru saja berlari untuk mencoba menolongnya...

"....Hentikan...!!"

Setsuna yang mempunyai rasa keadilan yang cukup tinggi,mempercepat larinya untuk kemudian menahan ke-2 tangan Ansamon dari belakang...entah apa yang ia pikirkan saat ini...

OOT : lolol, tangannya Ansamon itu pisau loh, tangan kirinya...

Ansamon melempar Setsuna ke belakang sampai menabrak locker.

"JANGAN GANGGU AKU!!" Serunya dengan bahasa manusia.

Ansamon langsung berlari, sambil melompat ke tempat lain, untuk menahan rasa sakit karena cincin di lehernya itu.

BRAK...

Tubuh setsuna dengan sukses menghujam locker,menimbulkan suara berdebam yang keras sebelum jatuh ke lantai sekolah yang keras dan dingin..

Quote :

"JANGAN GANGGU AKU!!" Serunya dengan bahasa manusia.

".....Ka-kau.."

Dengan sisa tenaganya,Setsuna berusaha keras berdiri untuk mengejar Ansamon tanpa menghiraukan luka di tangan kirinya yang mulai mengucurkan darah,akibat tergores tangan kiri ansamon yang ternyata pisau tsb...

Namun terlambat,
Digimon itu menghilang dalam sekejap bersamaan dengan tangisan serta teriakan murid-murid yang terluka...

"......"

Setsuna hanya bisa terdiam melihat keadaan itu,Ia ingin menangis..tapi Ia tahu bahwa jauh di dalam lubuk hatinya,ada rasa senang yang tidak bisa dipungkiri setelah sang senior yang sekarang berlumuran darah itu mati.

"...Sial...."

Dengan langkah gontai,Setsuna berjalan menuju ke belakang sekolah,tanpa disadari oleh murid-murid lain yang masih sibuk mengurusi teman-temannya yang terluka...begitu Setsuna sampai di belakang sekolah...tiba-tiba ada sesosok cahaya yang turun dari atas langit.

".....Cahaya.....?"

Cahaya yang berwarna putih itu mendekati Setsuna yang hanya bisa berdiri tak bergerak,agak kaget dengan fenomena ini.


"...."

Tangan setsuna bergerak mencoba menggapai cahaya itu,Ia berhasil menggenggamnya dengan tangan kanannya...lalu membuka genggamannya perlahan-lahan.

"...A-apa ini..."ujarnya begitu Ia mendapati sebuah benda yang tidak lain adalah digivice itu ditangannya.

Pagi itu Mient baru datang ke sekolah bersama-sama temannya. Mient hanya terbengong melihat sekolahnya yang sudah seperempat hancur. Banyak Murid yang terluka dan menangis.

Ada apa ini.. Pikir Mient yang membatu.
Mient berlari di koridor sekolah, mencari tahu apa yang terjadi.
Mient kemudian melihat cahaya aneh dan seorang pemuda misterius yang mencoba menggenggam sesuatu dari cahaya itu.

Silau.. Mient tidak bisa melihat dengan jelas. Tapi, Mient berusaha melihat apa yang terjadi meskipun sangat sedikit yang bisa dilihat.

Kenapa ia tampak bisa melihat dengan jelas apa yang ada disekitarnya? Bukankah cahaya itu terlalu silau? Ugh.. Aku tak kuat. Pikir Mient yang akhirnya memutuskan untuk pergi menjauhi pemuda dan cahaya misterius itu dan menuju kelasnya.

"......."

Setsuna langsung memasukkan digivice tsb ke dalam sakunya begitu Ia menyadari ada seseorang yang baru saja melihatnya...

Siapa....dia...

Batin Setsuna,Ia berjalan ke wastafel dengan tangan kanan memegangi tangan kirinya yang mengucurkan darah karena ulah Ansamon,membersihkan mukanya yang basah oleh keringat dan darah...lalu berjalan menuju kelasnya dengan langkah gontai.

....

TING TONG TNG TONG..

Bel tanda selesainya sekolah berbunyi,

Murid-murid keluar dari kelasnya masing-masing dengan muka yang pucat,begitu juga dengan Setsuna,yang notabene merupakan salah satu saksi penting kejadian itu.Pertanyaan dari polisi,guru,teman-temannya membuat kepalanya sedikit pusing.

".....Hmm...."

Tanpa sadar Ia berjalan ke belakang sekolah,duduk disalah satu bangku kayu di dekatnya yang sudah usang oleh debu kemudian mengeluarkan digivicenya dari saku kantongnya.

"...Ini....apa....."

Ansamon muncul, cincin kegelapan di lehernya sudah hilang, kakinya menginjak senderan bangku kayu yang diduduki Setsuna.

Tangannya masih memegang sabitnya yang ukurannya cukup besar. Kedua sayapnya bergerak-gerak.

Tidak akan ada orang yang bisa tidak menggubris sosok itu.

Di kelas Mient tidak bisa konsentrasi dengan pelajaran. Ia terus memikirkan kejadian barusan.
Anak itu,
cahaya itu,
dan teman-teman yang terluka
Mient terus berpikir di tengah-tengah pelajaran, sama sekali ridak memperhatikan apa yang dijelaskan guru.

"...Mientsvielle!! Mientsvielle!!!!" Suara tersebut terdengar samar-samar di kuping Mient. Siapa yang memanggil Pikir Mient yang kemudian membuka matanya.

"Mientsvielle! Dengarkan Bapak kalau sedang menjelaskan? Memangnya kamu sudah paham dengan pelajaran ini??" Tanya seorang guru yang kini mengajar di kelas Mient, dengan nada keras setengah membentak.

"Ah, ya pak. Maaf." Mient akhirnya tersadar dan mencatat apa yang tertera di papan tulis. Tapi Mient tetap tidak bisa konsentrasi, terus saja kepikiran akan kejadian tadi pagi.

Quote :

Tangannya masih memegang sabitnya yang ukurannya cukup besar. Kedua sayapnya bergerak-gerak.

Tidak akan ada orang yang bisa tidak menggubris sosok itu.

Setsuna menoleh ke arah Ansamon tanpa sedikit pun ekspresi terkejut di wajahnya.Pembantaian di Pagi Hari,cahaya yang turun dari langit,dan sekarang,Ansamon yang berdiri di sebelahnya,kejadian-kejadian aneh ini membuat Setsuna merasa bahwa apa yang terjadi disekitarnya adalah hal yang 'wajar'.

"....Apa yang kamu lakukan disini....?"tanyanya dingin,tangan kanannya sibuk memainkan digivice itu disela-sela jarinya..

"Benda di tanganmu."

Ujarnya tanpa mempedulikan pertanyaan Setsuna.

Ansamon terdiam.

"Dimana ini?" Tanyanya.

"Banyak manusia..."

Quote :

"Dimana ini?" Tanyanya.

"Banyak manusia...

"...Junishi Gakuen..."jawab Setsuna,

Ia kembali memalingkan pandangannya pada digivice di tangannya,jari-jarinya yang terampil kembali memainkan digivice itu di sela-sela jarinya,membuatnya seakan-akan menghilang kemudian muncul kembali.

...Makhluk apa ini...apakah manusia..

batin setsuna,Ia berhenti memainkan digivicenya,lalu mencoba mencuri pandang pada Ansamon dari sudut matanya...

"Tempat apa itu? Junishi Gakuen?" Tanya Ansamon lagi.

"Sial, gara-gara cincin itu aku sampai ke sini..." Geram Ansamon sambil menggaruk kepalanya dengan tangan kanannya, serem kalo tangan kiri -_-

"Manusia sialan... Kenapa aku harus terlibat lagi sih..." Lanjutnya sambil menggeram.

Quote :

"Manusia sialan... Kenapa aku harus terlibat lagi sih..." Lanjutnya sambil menggeram.

"...Mungkin...takdir..."

Setsuna bangkit dari tempat duduknya,kemudian menatap Ansamon tepat di bola matanya,tanpa sediktpun rasa takut...

"...Kenapa kau menyerang kami.....?"tanya Setsuna,

"Takdir? Seperti kata para tamer saat merka bertemu digimonnya?" Tanya Ansamon anarkis ke Setsuna.

"Aku tidak tahu, aku hanya merasa kalau menghancurkan kalian aku bisa menghilangkan rasa sakit itu. Hanya itu yang di kepalaku." Jelasnya ke Setsuna.

"Pemuda ini... Dia nekat mengunci gerakanku padahal tahu tanganku ini pisau..."

"Apa mungkin masih ada manusia seperti ini?" Batinnya sambil menatap Setsuna.

Quote :

"Aku tidak tahu, aku hanya merasa kalau menghancurkan kalian aku bisa menghilangkan rasa sakit itu. Hanya itu yang di kepalaku." Jelasnya ke Setsuna.

"....Hmp...itukah yang ada di pikiran kalian.."

Tangan Setsuna tanpa sadar terkepal,seakan-akan ia sudah siap untuk melayangkannya ke arah Ansamon yang tepat berada di depannya...

"....Aku tidak perduli dengan apa yang kamu sebut digimon atau pun Tamer...atau apapun yang kau sebutkan tadi..."Ia menatap makhluk yang mempunyai tangan kiri berupa pisau tersebut dingin,

"....Yang kuperdulikan sekarang....adalah...Apa yang membuatmu seperti itu....?'tanyanya lagi,

"...Kelakuannya berubah 180 derajat dari tadi pagi....tidak mungkin perubahan seperti ini bisa terjadi..kecuali...ada sebab yang lain..."

Akan kucari tahu hal itu sekarang..

pikir Setsuna,Ia masih menatap Ansamon dingin,tidak terlalu perduli dengan penampilan makhluk di depannya yang sedikit 'berbeda' dari manusia.

Ansamon menunjuk lehernya.

"Di sini."

"Tadi ada cincin berwarna biru tua."

"Itu yang aku ingat terakhir kali, aku tidak tahu kenapa cincin itu bisa ada di leherku," jelas Ansamon.

"Yang kutahu sih... Portal sudah terbuka, tinggal tunggu saja kapan terbuka lagi..." Gumam Ansamon tidak jelas, entah terdengar atau tidak.

Melihat Setsuna yang berani menatapnya dingin, Ansamon menutup wajah Setsuna dengan tangan beruangnya yang besar.

"Tidak usah menatapku seperti itu," lanjutnya.

"Yang kutahu pasti... Hidupmu akan lebih menantang mulai sekarang, dengan adanya benda itu di tanganmu, eh?" Ujar Ansamon sambil tersenyum tipis.

Quote :

"Tidak usah menatapku seperti itu," lanjutnya.

"Yang kutahu pasti... Hidupmu akan lebih menantang mulai sekarang, dengan adanya benda itu di tanganmu, eh?" Ujar Ansamon sambil tersenyum tipis.

Setsuna menyingkirkan tangan beruang Ansamon dari wajahnya perlahan,senyum di wajah cowok berusia 15 thn itu merekah sedikit begitu digimon di depannya itu selesai mengucapkan kata-katanya.

Kehidupannya di dunia ini,teman-temannya,bahkan semua yang ada di dunia ini menurut setsuna adalah hal yang sangat membosankan...wajar jika,bocah itu sedikit 'berharap'.

"....."

Ia menatap digivice yang masih berada di tangannya kemudian beralih kembali menatap Ansamon...

"...Hmp...Apa kau bisa di percaya....?"

"Terserah." Jawab Ansamon.

"Aku bisa saja membantumu, tapi aku bisa saja meng-backstab-mu." Jawab Ansamon.

"Tinggal bagaimana perlakuan 'kalian' padaku," lanjutnya.

"Kapan portalnya terbuka... Aku lelah di sini..." Batin Ansamon yang terlihat sedikit panik.

Arc menginjakkan kakinya di sekolah. Arc sangat amat terlambat sekali karena semalam harus mengantarkan orang tuanya ke bandara pukul 10.00 malam dan baru saja sampai rumah puku 11.30.

Arc memandang seluruh keadaan sekolah yang hancur lebur. Arc tak berkata apa-apa hanya melongo di depan gerbang sekolah.

"aku kangen, dengan akademi ini...!!"

Nagi mengenakan topeng rubah abu-abu sudah ada di atap sekolah Junishi, dan duduk dengan tenang. Tidak sendirian. Ia juga 'membawa' wolfphoemon ke tempat itu.

"sayang sekali aku harus menyerang akademi tempat aku belajar diajar..." gadis itu tersenyum di balik topeng itu, kemudian melihat ke arah Wolfphoemon, dan memegang sebuah gelang...

"kamu nggak butuh ini kan?" tanya Nagi

"kusarankan, kamu kacaukan tempat itu dulu ya" nagi menunjuk tempat yg tidak lain merupakan tempat Mient berada...

Oot : langsung mulai aja biar seru

Nagi wrote:

"kamu nggak butuh ini kan?" tanya Nagi

"Nggak perlu." jawabnya. "Aku ingin melakukannya sendiri."

Nagi wrote:

"kusarankan, kamu kacaukan tempat itu dulu ya" nagi menunjuk tempat yg tidak lain merupakan tempat Mient berada...

Wolfphoemon mengangguk kecil. Kemudian, tubuh Wolfphoemon berevolusi menjadi wujud Champion, Kemurimon, dan meloncat turun dari atas atap menuju ke ruang kelas tempat Mient berada.

"Grrrh...!"

Kemurimon menghancurkan pintu ruang kelas dan meloncat memasuki ruangan kelas. Dengan matanya yang memerah, dia melihat sekeliling. Murid-murid mulai berlarian karena takut melihat kedatangannya. Kemudian, dengan cakarnya, dia mulai melemparkan kursi dan meja yang ada di dalam ruang kelas itu dan membuat keributan.

Ansamon mencium bau sesuatu. Seperti bau yang tidak asing.

"Aku lupa bau apa ini..." Batin Ansamon sambil memasang pose siaga.

"Instingku bilang supaya hati-hati..."

Tiba-tiba terdengar suara berisik seperti bunyi benda dibenturkan, Anasmon menoleh ke arah datangnya suara itu.

"!!!!"

OOT : portalnya kapan? ?